Sebenernya saya nggak mau ngomongin masa lalu. Tapi, dengan adanya kejadian “pesan tengah malam” dua hari lalu dan ada sahabat yang bener-bener gagal move on (sebegitu dahsyatnya kejadian masa lalunya sampai luka hatinya menganga dan memutuskan jadi jomblo seumur hidup), saya jadi kepikiran buat nulis soal masa lalu dan hubungannya dengan salah satu aspek kecerdasan manusia.
Bicara soal mantan, semua orang pasti punya kisah masa lalu. Entah yang diproklamirkan secara serius atau tidak. Entah dengan tetangga atau dengan mereka yang hidup di seberang lautan. Entah hubungan singkat atau bertahun-tahun sampe bingung gimana cara mutusinnya. Entah yang bertepuk sebelah tangan atau yang ditinggal tanpa alasan. Entah yang menimbulkan cedera ringan atau cedera serius. Melalui blog ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Barisan Para Mantan karena telah membuat saya menjadi saya yang saat ini. Etapi, gak yakin juga ada mantan yang baca blog ini ding.
Sebelum masuk lebih dalam ke bahasan “Korelasi Derita Cinta dan Aspek Kecerdasan Manusia”, saya telah meng-embed video berjudul “Terlatih Patah Hati” milik grup musik asal Yogyakarta, The Rain (featuring Endank Soekamti). Kendati membicarakan hal pedih, mereka justru menyodorkannya dalam lagu bernada riang gembira. Jadi, bila Anda sedang merasa mellow-mellow galau akibat patah hati, saran saya, simak lagu itu sebaik mungkin.
Ada satu bentuk kecerdasan mental yang ditawarkan si penulis lagu, yakni Adversity Quotient (AQ). Menurut Paul G. Stoltz, AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan dan hambatan. AQ juga menunjukkan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Setiap orang harus memiliki AQ yang tinggi, setidaknya setara dengan tingginya IQ yang dimiliki. Buat apa pinter sangat, tapi begitu patah hati langsung memutus seluruh hubungan komunikasi dan ngabur ke Hongkong, misalnya. Hello.. bukan cuma saya atau Anda seorang yang pernah mengalami kondisi hati cedera serius.
Kalau Anda manggut-manggut dan nyengir sendiri pas nonton video (atau dengerin lagu) itu, sebenernya bisa jadi salah satu bukti juga. bahwa banyak orang yang pernah mengalami hal yang tidak mengenakkan. Bertepuk sebelah tangan, sudah biasa. Ditinggal tanpa alasan, juga sudah biasa. Ketidakberuntungan beruntun itu justru akan membuat kita terlatih dan terus bernyanyi, alias bisa menikmati dan melanjutkan hidup.
Yakini saja, barisan para mantan dan semua yang pergi tanpa pernah kita miliki ini terkadang juga menyimpan rindu kepada kita. Cuma, gak semua orang mau mengakuinya. Yaa.. seperti Rangga dan Cinta itu lah. Masing-masing punya ego setinggi Menara Eiffel tumpuk tujuh..
.
Terlatih Patah Hati
Aku sudah mulai lupa
Saat pertama rasakan lara
Oleh harapan yang pupus
Hingga hati cedera seriusTerima kasih kalian
Barisan para mantan
Dan semua yang pergi
Tanpa sempat aku miliki
Tak satupun yang aku sesali
Hanya membuatku semakin terlatihBegini rasanya terlatih patah hati
Hadapi getirnya terlatih disakiti
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa)
Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)
Penuh luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyiLama tak ku dengar tentangnya
Yang paling dalam tancapkan luka
Satu hal yang aku tahu
Terkadang dia juga rinduTerima kasih kalian
Barisan para mantan
Dan semua yang pergi
Tanpa sempat aku milikiTak satupun yang aku sesali
Hanya membuatku semakin terlatihBegini rasanya terlatih patah hati
Hadapi getirnya terlatih disakiti
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa)
Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)
Penuh luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyiBegini rasanya terlatih patah hati
Hadapi getirnya terlatih disakiti
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa)
Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)
Penuh luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyi