RSS

Tag Archives: bahasa alay

Kisah Alayers di Alam Kubur

Image

 
Leave a comment

Posted by on November 13, 2012 in Bicara Bahasa

 

Tags:

Sejarah Bahasa Gaul: Antara Menyiasati Polisi dan Pulsa

Dulu, pas saya masih SD, saya bela-belain bolos ketika SCTV mengudara untuk pertama kalinya. Rasanya bangga banget bisa nonton tipi yang ada iklannya (dilarang bilang “Wow!”). Tayangannya gak sekadar acara lomba pukul kentongan ala Klompencapir, nonton orang gebuk-gebukan di acara Dari Gelanggang ke Gelanggang, Laporan Khusus yang sesuai petunjuk bapak Presiden, atau nonton Unyil, siswa SD yang terlalu budiman.

Di tipi beriklan itu banyak serial komedi dengan bahasa “modern”. Bagaimana tidak? Satu dasawarsa pertama dalam hidup, saya habiskan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang cukup baik dan benar plus bahasa Jawa dengan beragam dialek, menjadi terbuka matanya bahwa ada bahasa gaul di luar sana. Jujur, sebagai orang daerah, saya sempat terpukau ketika tante Debby Sahertian ngomong lu lu gue gue dengan tambahan deh.

Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta di era 1980an, menggantikan bahasa prokem yang digunakan di era sebelumnya. Bahasa gaul adalah dialek nonformal yang berupa slang yang digunakan kalangan tertentu, bersifat sementara (alhamdulillah, kuping udah iritasi tiap denger ciyus miapah), dan hanya merupakan variasi bahasa. Penggunaannya meliputi kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks, dan distribusi.

Kalau menurut ilmu linguistik, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi. Kosakata bahasa gaul diambil dari kosakata yang hidup di lingkungan kelompok remaja (let’s say ABG) tertentu. Pembentukan kata dan maknanya amat beragam dan tergantung kreativitas pemakainya.

Dalam perkembangannya, bahasa gaul bisa dikenali per dasawarsa. Hanya saja, belakangan ini bahasa gaul perkembangannya lebih cepat, bisa dalam hitungan bulan. Lihat saja bagaimana aliran cadelisme ala ciyus miapah sukses menggantikan 64Ha5a 4L4y dengan angka dan huruf kapital-kecil tak beraturan. Bisa jadi ini menandakan anak jaman sekarang lebih kreatif. #eh. Satu hal yang pasti bahasa gaul tercipta karena ABG (di tiap masa) ingin menyatakan diri sebagai anggota masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat lainnya. Ingin tampil beda dengan bahasa beda dengan generasi lebih tua.

Bagi penikmat blog naningisme yang tak punya waktu untuk memperhatikan perkembangan bahasa, yuk mari kita petakan perkembangan bahasa gaul dari masa ke masa. *iseng banget gak sih?*

Era 1970an.
Zaman bahasa Prokem.

Berdasarkan sejarahnya, bahasa ini adalah bahasa sandi yang digunakan oleh anak jalanan atau para preman untuk menghindari kejaran aparat kepolisian. Pembentukan kata “prokem” pun ada rumusnya, yakni kata “preman” dengan sisipan OK dan dua fonem dihilangkan. Gak percaya, neeh rumusnye: pr + OK + em – an = prokem. Mantep kan? Bagi yang pernah mengalami masa ini saya ingin menyampaikan, “Sadarlah, wahai sahabat, kalian udah tua. Udah gak jamannya lagi kalian bikin masalah atau lama-lama berkeliaran di jalanan. Ntar masuk angin” hehehehehe.. #sikap

Era 1980an
Masa Keemasan mas Boy dan Sepatu Roda (dilarang protes judul!)

Kalau dilihat dari sejarah pembentukannya, bahasa gaul di masa ini banyak dipengaruhi oleh film layar lebar macam Catatan Si Boy, Warkop DKI, atau novel Lupus, serta Olga dan Sepatu Roda. ABG di masa itu bisa dibilang kreatif menciptakan bahasa-bahasa ajaib yang wangsitnya seakan-akan turun dari langit, meski beberapa masih terinfeksi rumus +OK peninggalan jaman prokem. Lihat saja daftarnya:

ajojing = dansa
bokin = bini, pacar
bokis = bohong
bo’il = mobil
bokap = bapak
doku = duit
doi, doski = dia
gokil = gila
nyimeng = mengganja
nyokap = ibu
pembokat = pembantu
roke = miskin

Bagi mereka yang pernah hidup dan menikmati bahasa gaul di era ini, saya ingin berpesan, “Kalian dulu udah pernah nyiptain bahasa ajaib. Jadi jangan protes ama ABG jaman sekarang yang juga ajaib! Kalian dulu gak nyadar apa emak-bapak kalian pada pusing dengerin kalian ngobrol ama kawan-kawan lu pada?”

Era 1990an
Terlena masa lalu.

Entah mengapa tak ada bahasa gaul yang menonjol di era 1990an ini. Mungkin karena ABG-nya pada berbudi luhur semua kali ya? #pencitraan. Beberapa masih menggunakan bahasa gaul yang digunakan di era sebelumnya. Kalau pun ada hanya sekedar tambahan sepotong kata yang ditempelkan di belakang kalimat, seperti dong, deh, nih ye, lah yauw, dan sebagainya. Bagi mereka yang mengalami masa ABG di era ini saya ingin mengatakan, “Selamat, kita seumuran hehehehe…”

Era 2000an
Saatnya Ngondek.

Di era ini bahasa gaul banyak dipengaruhi kosakata pegawai salon yang sebenarnya pria tapi keperempuan-perempuanan. Beberapa kosakata diambil dari bahasa daerah, tak hanya Betawi, tapi juga Jawa dan Sunda. Mungkin ini saatnya mereka yang minoritas menguasai mayoritas. Sampai sekarang beberapa kosakata masih dipakai. Beberapa kata di antaranya:

akika = aku
brondong = laki-laki muda tampan
brownies = brondong manis
garing = mencoba melucu tapi tak lucu (dari bahasa Jawa, Sunda)
jayus = gak lucu
jomblo = lajang/tidak punya kekasih (dari bahasa Sunda)
jutek = jarang senyum, judes
lebay = belebihan
lekong = laki
meneketehe = mana kutahu
rempong = rumpi, repot
segede gaban = gede banget
segambreng = banyak banget
sutralah = sudahlah

Era 2010an
Gaul Beud

Kalau di era-era sebelumnya, perubahan bahasa gaul bisa terjadi tiap lima sepuluh tahun sekali, di era ini perubahan bisa terjadi dalam hitungan bulan. Cepet beud (beud = banget). Perubahan yang sungguh cepat ini banyak dipengaruhi faktor teknologi. Di awal periode 2010 bahasa gaul tercipta demi menghemat pulsa SMS. Walhasil kata “aku” bisa hanya menjadi “q” atau “t4” untuk menggantikan “tempat”.

Kemudian ketika SMS tak lagi mewabah, karena udah tergantikan oleh BBM atau media yang lain, bahasa gaul tercipta murni karena kreativitas penciptanya saja. Mulai dari penggunaan angka untuk menggantikan huruf, seperti angka 4 untuk menggantikan huruf a, juga karena “perjanjian tak resmi” di antara pemakainya. Hingga yang paling mutakhir adalah aliran ciyus miapah – yang sebenarnya amat membuat kuping gatel dan membuat saya pengen nabok pencetusnya

 
Leave a comment

Posted by on November 6, 2012 in Bicara Bahasa

 

Tags: , , , , , ,

Kepo Arti Kepo

Sudah cukup lama saya penasaran dengan arti (sesungguhnya) kata “kepo”. Itu singkatan, gejala bahasa, atau bahasa ajaib yang tiba-tiba muncul dengan arti kata tertentu? Saya tahunya kepo itu artinya penasaran atau mau tau urusan orang lain. Bisa dikatakan, saya kepo dengan arti kata kepo. Pernah saya iseng bertanya ke teman-teman sekantor, mereka jawab kepo itu dari singkatan “kepergok polisi” – jadi berasa diinterogasi. Tapi, macacih itu artinya?

Akhirnya setelah melakukan riset mendalam mengenai bahasa (halah, lebay!), saya pun akhirnya tahu bahwa kata “kepo” berasal dari dua hal. Pertama, berasal dari kata “kaypoh”, bahasa Hokkien gaul yang artinya ingin tahu atau mencampuri urusan orang lain. Kedua, kepo merupakan akronim dari Knowing Everything in Particular Object. Kalau merunut bentukan kedua, bisa dibilang sejarah kata kepo mirip dengan kata bete yang berasal dari Bad Temper.

Ah, gara-gara kepo akut arti kepo kerjaan gue terbengkalai neehh.. *trus, gue harus bilang wow gitu?* Ini posting yang gak penting. #abaikan.

 
Leave a comment

Posted by on November 5, 2012 in Bicara Bahasa

 

Tags: , , , , , ,

Aliran Cadelisme: Ciyus? Miapah?

Ini entah saya yang makin tua atau anak jaman sekarang makin kreatif bikin bahasa baru. Hampir tiap tahun ada tren bahasa baru. Dulu di jaman saya masih ABG bahasa gaul masih berupa lah, la yauw, atau terakhir sumpeh lo yang bertahan beberapa lama. Tapi kini, tren bahasa gaul hitungannya hanya bulan. Dan, kini ada dua aliran bahasa gaul terbaru, yakni aliran “ciyus, miapah” dan “gue harus bilang wow”.

Di tengah-tengah kesibukan bikin business plan *eh, serius ini*, saya akan menerangkan mengenai gejala bahasa aliran ciyus miapah. Bagi para penikmat blog naningisme yang berada di luar negeri atau kurang paham tren bahasa gaul terkini, saya ingin memberikan penjelasan dan sejarah singkat. Tren bahasa ciyus miapah awalnya berkembang di kalangan kaskuser lalu ke berbagai forum online lainnya. Dari forum online, bahasa ini merambah jejaring social media, seperti twitter, koprol, baru kemudian facebook.

Lalu, bisa ditebak, dari dunia maya bahasa alay ini menuju ke dunia nyata (baca: dipakai dalam bahasa pergaulan sehari-hari, meski baru di kalangan terbatas saja). Bahkan, beberapa iklan televisi pun ikutan menggunakan bahasa alay ini. Sebalnya, iklan provider telepon selular yang saya pakai pun menggunakan gejala bahasa ciyus miapah ini. Cungguh menjengkelkan!

Sebenarnya, agak sulit merumuskan aturan gejala bahasa alay termutakhir ini. Sebab, tak ada prinsip mutlak. Kalau bahasa alay sebelumnya adalah menggunakan angka untuk menggantikan huruf, sekarang lebih merujuk pada bahasa balita yang masih cadel. Huruf S akan dilafalkan menjadi C (“sungguh” menjadi “cungguh”), huruf R menjadi L atau Y (“beneran” menjadi “enelan” atau “serius” menjadi “ciyus”), atau memendekkan beberapa kata (“demi apa” menjadi “miapah”).

Kalau kita ngeh asal-usulnya (bahasa cadelisme), kita pasti bisa menebak arti sesungguhnya “bahasa planet” itu. Dan, inilah daftar arti bahasa alay paling mutakhir:

Ciyus = Serius
Miapah = Demi apa?
Cungguh = Sungguh
Maacih = Terima kasih
Macacih = Masak sih
Macama = Sama-sama
Enelan = Beneran
Cemungudh = Semangat
Unyu = Lucu
Binun = Bingung
Lahacia = Rahasia
Amaca = Ah, masa?
Macapah = Sama siapa?
Cendili = Sendiri
Kiyim = Kirim
Lefo = Lemot info
Ca oong cih = Masa bohong sih
Camplet = Kampret

Kalo ngikut anjuran bang Samsudin Berlian, seorang pemerhati makna kata, dalam rubrik bahasa Kompas, ia mengatakan dalam bahasa yang hidup, kata-kata lahir dan mati seiring dengan perkembangan dunia pemakainya. Kalau memang begitu, sepertinya saya harus bersabar dan menebalkan kuping sebentar. Saya bakal dianggap lebay kalau berani-beraninya nabok si pencipta bahasa cadelisme itu. Biarkan saja. Toh kalau sudah bosan dengan kelucuannya, bahasa cadelisme bakal menghilang dengan sendirinya. Ciyus? Miapah?

 
Leave a comment

Posted by on November 5, 2012 in Bicara Bahasa

 

Tags: , , , , ,