Sejak kemarin malam saya mendengar kabar kalau Pemerintah AS “Tutup Warung”. Mengejutkan. Ibaratnya sebuah warteg yang kekurangan modal, mereka gak bisa lagi pergi ke pasar buat belanja sayur, masak, dan bayar pegawai warteg. Kalo si Inah dan si Pardi, para penjaga warteg pengen tetep kerja, ya monggo tapi gak bakalan digaji. Duitnya sih sebenernya ada tapi masih dibawa si emak, sialnya Paklik Samsudin – si pemilik warung lagi berantem sama si emak yang tidak lain dan tidak bukan adalah mertuanya sendiri.
Kongres AS bertanggung jawab menggelontorkan dana buat ‘warteg’ ini. Caranya dengan meloloskan UU Anggaran. Tahun Anggaran baru di AS dimulai pada 1 Oktober 2013, yang berarti kemaren. Sayangnya, Kongres tidak mencapai kesepakatan. Walhasil, pemerintah AS nggak punya dana lagi dan memperlambat (atau mungkin menghentikan) operasional sampai ada kucuran dana. Duit men, duit..
Anggota legislatif AS tidak bisa mencapai kesepakatan karena Partai Republik dan Partai Demokrat berbeda pendapat dalam satu hal, yakni menyediakan asuransi kesehatan bagi jutaan warga AS. Para anggota Partai Republik di Senat menolak menandatangani RUU pendanaan yang didalamnya ada program perawatan kesehatan –yang dikenal dengan Obamacare. Sedangkan anggota Partai Demokrat di DPR negara itu menolak meloloskan RUU Anggaran kalo di dalamnya gak ada Obamacare. Nah lo, buah simalakama kan?
Sebenernya aksi “tutup warung” ala pemerintah AS sudah terjadi beberapa kali. Sejak 1977 udah terjadi tujuh belas kali malah! Penghentian operasional pemerintahan paling lama terjadi pada 1995-1996, selama tiga minggu, yakni mulai 16 Desember 1995 sampai 5 Januari 1996. Pada saat Bill Clinton jadi Presiden dan Newt Gingrich jadi ketua DPR. Waktu itu mungkin gak begitu kerasa secara lagi pada libur Natal. Kalo kata si Inah dan si Pardi, mending mudik aja mbak daripada kerja tapi gak dibayar pakbos.
Aksi “tutup warung” ala pemerintah AS ini dilakukan dengan cara menutup operasional beberapa institusi pemerintah. Badan-badan Federal bakal ngasih tau stafnya siapa aja yang masuk daftar esensial dan non-esensial. Para staf esensial wajib terus kerja, gajinya bakal dibayarkan kalau RUU itu disahkan. Baru kali ini pemerintah AS bayar pake mata uang YEN. Yen ono duite hehehe.. Sementara para staf non esensial disuruh berlibur dulu di rumah, ngadem, dan gak digaji.
Para staf esensial harus menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, seperti petugas di pantai, bea cukai dan perbatasan, bandara, pemeriksaan penumpang dan kargo, penahanan penyelundup narkoba dan imigran gelap, dan agen rahasia. Di masa ini, sistem verifikasi elektronik tidak dianggap esensial, sehingga status imigran pelamar kerja tidak dapat diakses secara elektronik. Harus manual. Yang sabar ya nak.. *puk-puk*
Hampir 2,2 juta orang yang bekerja untuk pemerintah federal, termasuk pegawai negeri, pegawai sipil di militer, dan peerja kantor pos kena “cuti paksaan”. Begitu juga NASA, kecuali pengendalian misi di Houston (mungkin mau minta bantuan alien?), taman-taman nasional, museum Smithsonian, dan Kebun Binatang Nasional semua pada tutup.
Dari jumlah itu, sekitar 800.000 orang dianggap sebagai staf non-esensial, sehingga diberi cuti tanpa digaji. Kata pemerintah AS, kalo para pekerja itu terlalu rajin, maksudnya udah disuruh cuti tapi tetep ngantor, ya monggo aja. Tapi di kantor gak boleh ngapa-ngapain, termasuk ngecek e-mail. Mereka cuma boleh mengumpulkan dan mengembalikan peralatan federal, seperti telepon atau komputer. Kalo mau ngobrol, update blog, maen games, atau fesbukan di kantor, hayahh.. ngapain juga di kantor? Wong kantornya pada tutup..
Masalah belum berakhir. Ada ancaman baru yang dihadapi Negara Adidaya itu: bangkrut! Menteri Keuangan AS, kemarin mengatakan, kalau sampai 17 Oktober 2013 nanti gak ada kata sepakat untuk batas kenaikan utang baru, maka Pemerintah AS bakal kehabisan dana untuk memenuhi segala kewajibannya. Sayang, menteri keuangan tidak merinci utang mana aja yang kemungkinan gagal bayar (gak mungkin banget nunggak kredit sepeda motor pastinya..)
Pak Menkeu Jacob Lew sudah mengirim surat kepada Ketua Kongres Johh Boehner bahwa penutupan sebagian operasional pemerintah AS, yang disebabkan kekurangan anggaran, tidak akan mengubah proyeksi Kemenkeu. Selama ini Kemenkeu mengaku sudah melakukan penghematan dengan menggunakan “langkah-langkah khusus” untuk menyesuaikan anggaran dan tetap bisa membayar pengeluaran negara, mulai dari bayar gaji pegawai, pensiunan, sampai bayar utang.
Tapi, mister Lew mengatakan, langkah-langkah khusus itu kini sudah tak mampu lagi menahan semakin keringnya kas keuangan negara dan membutuhkan utang baru pada 17 Oktober. Sampai tanggal 17 besok, Kemenkeu harus menjalankan komitmen pemerintah hanya dengan anggaran US$30 miliar. Selanjutnya, entah. Padahal, pengeluaran negara itu butuh dana paling sedikit US$60 miliar. Ebuset, cuma ada separonya boo..
Negara dikatakan bangkrut jika memiliki rasio utang terhadap GDP di atas 100%. Seperti pelajaran ekonomi paling dasar, kalo utangnya lebih gede dari pendapatan ya berarti bangkrut. Awal Agustus 2012, IMF merilis 10 negara yang memiliki presentase utang terhadap GDP di atas 100%. Jangan kaget pas baca, sebab kalo dilihat dari tampilannya mereka perlente banget. Negara-negara ini antara lain Singapura (rasio utang terhadap GDP 101%), Amerika Serikat (103%), Irlandia (105%), Portugal (107%), Barbados (117%), Italia (120%), Libanon (136%), Jamaika (139%), Yunani (161%), dan Jepang (230%).
Apa yang terjadi pada Negara Adikuasa macam Amerika bisa terjadi di negara mana pun. Di Eropa sudah ada beberapa negara yang dinyatakan bangkrut, seperti SIprus, Yunani, Irlandia, atau Portugal. Namun, para menteri keuangan zona Uni Eropa sepakat memberikan dana bantuan (bailout) untuk negara-negara tersebut agar masih tetap bisa beroperasi, meski dengan kemampuan minim.
Lalu, apa yang terjadi saat negara bangkrut? Tentu saja gak ada duit yang berputar. Pasar saham akan crash, pengusaha akan menutup bisnis, ekspor dan produksi susah, orang bakal melakukan segala cara untuk mendapatkan makanan (termasuk korupsi dan nyolong), sistem negara pun jadi ala hukum rimba – apalagi diperparah aparat keamanan yang gak digaji pemerintah, gimana mereka mau menjaga negara?
Dan, yang pasti, semua lembaga keuangan gak bisa menjalankan operasionalnya. Bayangkan saja, Anda punya simpanan duit puluhan atau ratusan juta di bank di bank tapi gak bisa tarik tunai, karena emang duitnya gak ada. Stres kan? Masih mending mereka yang nyimpen duit di celengan ayam. Cukup pecahin celengan bisa dapet duit buat beli makan, tapi masalah yang timbul kemudian ada toko/warteg yang buka gak? Nightmare.
Ketika sebuah negara bangkrut, seluruh pendanaan pemerintah bakal dihentikan (gak ada lagi biaya jamian kesehatan, pendidikan, pertahanan, keamanan, apalagi mau mbangun jalan dan jembatan. Impossible). Negara juga bakal menghentikan pasokan listrik, BBM, gak ada aparat kepolisian dan militer yang bekerja, toko-toko kehabisan stok makanan dan selanjutnya, dan selanjutnya, dan selanjutnya.
Kondisi ini pernah terjadi di Argentina, pada 1999. Saat itu orang-orang kaya mengambil uang mereka, totalnya US$40 miliar, trus ngabur ke luar negeri dalam satu malam. Kondisi itu mengakibatkan perbankan kolaps dan meruntuhkan nilai mata uang. Saking desperate-nya, banyak warga Argentina yang tidur di depan mesin ATM. Berharap keajaiban. Mesin ATM bisa mengeluarkan duit — yang sebenernya duit milik mereka sendiri.
Pemerintah setempat lalu membekukan semua rekening bank untuk satu tahun, hanya memungkinkan orang untuk menarik sejumlah kecil sebesar U$250 per minggu. Gak ada lagi orang kaya dan orang miskin, lo punya duit berapa pun yang bisa lo ambil cuma segitu. Selain itu, tahun lalu, presiden Argentina Christina Fernandez memutuskan untuk menasionalisasikan perusahaan minyak YPF-Repsol, yang notebene milik Spanyol yang beroperasi di negara itu. Banyak pihak yang protes. Tapi pemerintah bersikukuh ini demi kepentingan rakyat dan negaranya.
Well, guys, ini bukan skenario film. Ini kondisi riil. Benar terjadi apa adanya. Semua ini berkaitan dengan sistem perekonomian dunia. Mari berdoa semoga Indonesia gak bangkrut. Suka gak suka, saya masih hidup dan mencari kehidupan di negara ini. Mungkin langkah bijak bisa mengikuti petuah nenek moyang kita dulu, ra sah kakean ngutang. Nek mampune semono yo semono wae.. Tapi, hm, utang gak selamanya buruk. Buruknya pengelolaan utanglah yang membuat keadaan makin memburuk. Betul? Betuulll..
“I sincerely believe that banking establishments are more dangerous than standing armies, and that the principle of spending money to be paid by posterit, under the name of funding, is but swindling futurity on a large scale.” (Thomas Jefferson)